Rayakan Dies Natalis ke-49, Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) Yayasan Perguruan Tinggi Kristen (YPTK) GMIM, Kamis (20/02/14) gelar ibadah syukur dan refleksi dengan tema “UKIT Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Akan Datang”. Hadir dalam perayaan tersebut, Rektor UKIT Pdt. Dr. Richard A.D. Siwu, MA, PhD, Direktur Pascasarjana Teologi UKIT Pdt. Prof. Dr. W.A. Roeroe, para pembantu rektor, pengurus YPTK GMIM bersama pembina yayasan, para pegawai, pimpinan fakultas-fakultas se-UKIT serta para mahasiswa dan alumnus.
Ibadah syukur dipimpin oleh Dr. Max Edward Tontey yang bagian refleksinya diisi dengan pentas monolog yang dibawakan oleh aktor teater Sulut, Silvester Setlight. Pentas monolog tersebut mengambarkan tentang absurditas keadilan. Setlight menggambarkannya secara reflektif dengan pesan terakhir, “Keadilan itu adalah kemenanganku yang tanpa harus mengalahkan yang lain.’
Rektor UKIT, Pdt. Siwu dalam sambutannya mengatakan, apa yang sedang dihadapi oleh UKIT sejak beberapa tahun lalu, tergambar pada refleksi dalam bentuk monolog dalam ibadah itu. “Kita seperti yang digambarkan dalam refleksi tadi, yaitu sedang menunggu keadilan itu datang,” ujarnya.
Kegiatan refleksi 49 tahun UKIT dilaksanakan usai makan bersama. Rektor UKIT, Pdt. Siwu dan Pdt. Roeroe menjadi pembawa pengantar refleksi bersama tersebut. Para mahasiswa dan dosen dengan seksama menyimak refleksi Pdt. Roeroe mengenai sejarah lahirnya UKIT di tahun 1965. “Para pelopor pendirian UKIT, yaitu Ds. AZR Wenas, sebagai Ketua Sinode GMIM di masa itu dan Prof. Dr. S.J. Warouw, yang waktu itu adalah juga dosen di Universitas Hasanuddin Makassar terdorong untuk membuka universitas di Minahasa. Bahwa menurut mereka harus ada universitas Kristen di tanah ini,” ujar Pdt. Roeroe.
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Denni H.R. Pinontoan yang mengorganisir perayaan tersebut mengatakan, tahun depan, yaitu Dies Natalis ke-50 akan dirayakan secara meriah. “Tahun ini memang dilaksanakan secara sederhana dengan maksud agar seluruh civitas UKIT menjadikan perayaan ini sebagai ruang untuk berrefleksi mengenai apa yang sejak beberapa tahun lalu dihadapi oleh UKIT. Tahun depan diusahakan akan dirayakan secara meriah,” ujar Pinontoan.
Ibadah syukur dipimpin oleh Dr. Max Edward Tontey yang bagian refleksinya diisi dengan pentas monolog yang dibawakan oleh aktor teater Sulut, Silvester Setlight. Pentas monolog tersebut mengambarkan tentang absurditas keadilan. Setlight menggambarkannya secara reflektif dengan pesan terakhir, “Keadilan itu adalah kemenanganku yang tanpa harus mengalahkan yang lain.’
Rektor UKIT, Pdt. Siwu dalam sambutannya mengatakan, apa yang sedang dihadapi oleh UKIT sejak beberapa tahun lalu, tergambar pada refleksi dalam bentuk monolog dalam ibadah itu. “Kita seperti yang digambarkan dalam refleksi tadi, yaitu sedang menunggu keadilan itu datang,” ujarnya.
Kegiatan refleksi 49 tahun UKIT dilaksanakan usai makan bersama. Rektor UKIT, Pdt. Siwu dan Pdt. Roeroe menjadi pembawa pengantar refleksi bersama tersebut. Para mahasiswa dan dosen dengan seksama menyimak refleksi Pdt. Roeroe mengenai sejarah lahirnya UKIT di tahun 1965. “Para pelopor pendirian UKIT, yaitu Ds. AZR Wenas, sebagai Ketua Sinode GMIM di masa itu dan Prof. Dr. S.J. Warouw, yang waktu itu adalah juga dosen di Universitas Hasanuddin Makassar terdorong untuk membuka universitas di Minahasa. Bahwa menurut mereka harus ada universitas Kristen di tanah ini,” ujar Pdt. Roeroe.
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Denni H.R. Pinontoan yang mengorganisir perayaan tersebut mengatakan, tahun depan, yaitu Dies Natalis ke-50 akan dirayakan secara meriah. “Tahun ini memang dilaksanakan secara sederhana dengan maksud agar seluruh civitas UKIT menjadikan perayaan ini sebagai ruang untuk berrefleksi mengenai apa yang sejak beberapa tahun lalu dihadapi oleh UKIT. Tahun depan diusahakan akan dirayakan secara meriah,” ujar Pinontoan.